Sabtu, 03 Agustus 2013
Minggu, 09 Juni 2013
Macam-macam Upacara Pramuka Penggalang
Bentuk Upacara Pramuka Penggalang |
Macam-macam Upacara Pramuka Penggalang. Upacara adalah kegiatan yang penting dalam pembinaan anggota pramuka penggalang. dalam upacara dibentuk watak, sikap dan kedisiplinan seorang anggota pramuka. Pada kenyataannnya panduaan upacara dalam bentuk PP Upacara Pramuka Penggalang yang diterbitkan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Indonesia sudah lengkap namun perlu di beri contoh Urutan Upacara Pramuka Penggalang, agar pelaksanaannya dapat mencapai sasaran seperti yang dikehendaki.
Sebelum memberikan contoh tata cara Upacara Pramuka Penggalang ada baiknya kita mengetahui dahulu macam-macam upacara pramuka penggalang, setelah di padukan dengan upacara lain menjadi:
1. Upacara Pembukaan Latihan Pramuka Penggalang ( Pt.30.a)
2. Upacara Penutupan Latihan Pramuka Penggalang ( Pt.30.b)
3. Upacara Pelantikan Pramuka Penggalang ( Pt.30.c)
4. Upacara kenaikan tinggkat Pramuka penggalang ( Pt.30.d)
5. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus ( Pt.30.e)
6. Upacara Pindah ke golongan Penegak ( Pt.30.f)
7. Upacara Penerimaan anggota baru
8. Upacara Pelantikan Pemimpin/wakil pemimpin Regu
9. Upacara Penyematan Tanda Regu
10. Upacara Pemberian Bintang Tahunan
11. Upacara Pemberian Penghargaan Prestasi perorangan atau regu
12. Upacara Penghargaan Pramuka Penggalang Garuda.
Demikian lah macam-macam upacara dalam Pasukan penggalang. sedangkan untukpenjelasan masing-masing urutan upacara pramuka penggalang dapat kita lihat pada artikel berikutnnya
Sabtu, 27 Agustus 2011
Sejarah Kwarda Riau
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Organisasi
Awal berdirinya Kwartir Cabang/Daerah
Pada tahun 1961, Provinsi Riau berada pada masa peralihan Pusat Pemerintahan Daerah Tingkat I Provinsi yang semula di Tanjungpinang, berdasarkan surat keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor: Des.52/I/44.25 tanggal 20 Januari 1959 dipindahkan ke Pekanbaru. Mei 1961, saat diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 238 tahun 1961 tentang pembentukan Gerakan Pramuka, proses pemindahan ibukota provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru belum selesai.
Awal berdirinya Kwartir Cabang/Daerah
Pada tahun 1961, Provinsi Riau berada pada masa peralihan Pusat Pemerintahan Daerah Tingkat I Provinsi yang semula di Tanjungpinang, berdasarkan surat keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor: Des.52/I/44.25 tanggal 20 Januari 1959 dipindahkan ke Pekanbaru. Mei 1961, saat diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 238 tahun 1961 tentang pembentukan Gerakan Pramuka, proses pemindahan ibukota provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru belum selesai.
Belum semua perangkat pemerintahan Daerah Tingkat I selesai memindahkan kegiatannya maupun personilnya ke Pekanbaru. Gedung perkantorannya juga belum semuanya tersedia, sehingga masih ada yang menumpang di rumah-rumah penduduk atau bangunan toko. Kota Pekanbaru yang sebelumnya berstatus Kota Praja tidak memiliki fasilitas fisik yang memadai. Begitu juga lembaga-lembaga atau organisasi kemasyarakatan juga tidak banyak seperti di Kota-kota lain yang lebih besar dan lebih tua.
Keberadaan Gerakan Pramuka di Daerah Riau diawali dengan terbentuknya Kwartir Cabang di Tanjungpinang pada tanggal 29 Juni 1961, yang diresmikan/dilantik pada tanggal 17 Juli 1961 oleh PANGDAMAR II Tanjungpinang. Di Jakarta sendiri saat itu masih dilakukan proses penyusunan personil Kwartir Nasional, sambil menunggu pulangnya Bung Karno dari perjalanan keluar negeri. Keputusan Presiden RI nomor 238 tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 yang berisikan keputusan Pembentukan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya perkumpulan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia, dan perkumpulan lain yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia, dan perkumpulan lain yang serupa dilarang, ditandatangani oleh Ir H Djuanda sebagai Penjabat Presiden saat Presiden berada di luar negeri, karena adanya manuver dari golongan sosialisasi/komunis di bawah Prof Dr Priyono sebagai salah seorang anggota panitia Pembentukan Gerakan Pramuka untuk membentuk Pioneer Muda seperti yang ada di negara-negara komunis. Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 238 tahun 1961, Ahmadi dan Mulyadi Joyo Martono, berhasil menyusun personalia Kwartir Nasional yang kemudian dilantik oleh Bung Karno Presiden RI pertama pada tanggal 14 Agustus 1961, ditandai dengan penganugerahan Panji Gerakan Pramuka (semacam bendera) dengan logo Tunas Kelapa. Kemudian dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai HARI PRAMUKA dan Bung Karno Presiden Republik Indonesia sebagai PRAMUKA TERTINGGI.
Di Pekanbaru sebagai Ibukota Provinsi Riau pengganti ibukota lama Tanjungpinang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor Des. 52/I/44.25 tanggal 20 Januari 1959 (dan proses perpindahannya baru dimulai bulan Januari 1960), Gerakan Pramuka baru dibentuk sekitar tanggal 1 Juli 1961 dengan susunan personil Kwartir Daerah yang diketuai oleh Kapten Amiruddin dan Imam Satoto Abdul Kahar sebagai Andalan Daerah urusan Sekretariat. Kapan dilantik, siapa yang melantik dan siapa-siapa yang dilantik tidak diperoleh informasi. Informasi yang diperoleh adalah bahwa pembentukannya diprakarsai oleh A Muin Sadjoko anggota BPH (Badan Pemerintah Harian) Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau.
Pada bulan Agustus 1961, di Rengat Ibukota Kabupaten Indragiri, Bupati Masnoer bersama tokoh-tokoh Pandu HW dan Ali Talib dari Pandu Al Anshar, membentuk Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Indragiri. Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Indragiri dilantik/diresmikan tanggal 17 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke 16. Sayangnya, susunan personil Kwartir Cabang dan panitia Pembimbing yang dilantik tidak diproleh informasinya.
Sampai akhir tahun 1961, tidak ada pertumbuhan dan perkembangan organisasi Gerakan Pramuka di Daerah Riau. Di Kabupaten Kampar yang Pemerintahnya masih berada di Kota Pekanbaru, belum dibentuk Kwartir Cabang. Tetapi kegiatan kepramukaan sudah berlangsung di beberapa tempat seperti Kecamatan Bangkinang dengan pelakunya A Sani Is, Anwar, Damhuri, Abbas dan Fahruddin. Di Kecamatan Kampar dengan pelakunya Sipun, Maasin, Abbas Bay, SN Wirjasa, Abdul Hamid, dan H Muchtar Muhammad dan di tempat-tempat lain dengan pelaku yang lain pula. Di Kotapraja Pekanbaru sendiri, Kwartir Cabang Gerakan Pramuka belum terbentuk. Kegiatan kepramukaan di Kotapraja Pekanbaru dibina langsung oleh Kwartir Daerah. Sampai tahun 1963, saat gugusdepan 15 dan 16 yang berpangkalan di SPG Negeri Pekanbaru dan Gugusdepan 33 dan 34 yang berpangkalan di SMEA Negeri 1 Pekanbaru dikukuhkan, di Bengkalis belum terbentuk Kwartir Cabang Gerakan Pramuka. Namum di beberapa tempat seperti Bagansiapi-api, Selatpanjang, dan Dumai sudah berlangsung kegiatan keparamukaan dipimpin langsung oleh para mantan Pandu di sana.
Pada tahun 1962, tepatnya tanggal 7 sampai 9 April 1962, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menyelenggarakan Musyawarah Andalan Pusat dan Daerah disingkat ANPUDA pertama di Bogor. Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Riau mengirim utusan terdiri dari Kapten Amiruddin dan Imam Satoto (Ketua dan Sekretaris Kwartir Daerah Riau), A Muin Sandjoko dan A Rusli Nasution dari Panitia/Majelis Pembimbing Daerah. Sekembalinya dari mengikuti Musyawarah ANPUDA I, Dikotapraja Pekanbaru dibentuk Kwartir Cabang Gerakan Pramuka, tetapi tidak tercatat siapa Ketua dan sekretarisnya, kapan dan oleh siapa personil Kwartir Cabang dilantik. Yang diperoleh informasinya hanya nama beberapa orang pengurus, antara lain Sardjoe sebagai Andalan Cabang urusan Putra (Ancutra), Nurbaiti sebagai Andalan Cabang urusan Putri (Ancutri) dan Hasibuan sebagai Andalan Cabang Urusan Kristen (Ancukris). Ini diketahui dari surat Pengantar Kwartir Daerah nomor OA/D.III/088/1962 tanggal 6 Juli 1962 kepada Andalan yang bersangkutan yang hanya dilampiri petikan Surat Keputusan Pengukuhan Kwartir Cabang Pekanbaru tanpa mencantumkan nama-nama Andalan yang lain.
Sementara itu di Tanjungpinang pada tanggal 21 Juli 1962 terjadi perubahan Pengurus Kwartir Cabang dengan susunan sebagai berikut:
1.Kisworo: Ketua merangkap Andalan Cabang Urusan Putra.
2.Sudirman: Andalan Cabang Urusan Sekretariat (Ancusek)
3.Najamuddin: Andalan Cabang urusan Keuangan (Ancukuang)
4.Sumira: Andalan Cabang Putri (Ancutri)
5.Suwarto: Andalan Cabang Urusan Latihan (Anculat)
6.R Muchtar: Andalan Cabang Urusan Perlengkapan (Ancuperkap)
7.Dalimi: Andalan Cabang Urusan Rohani Islam (Ancuris)
8.Bernandus: Andalan Cabang Urusan Khatolik (Ancukat), dan Perwira pemeriksaan Angkatan Laut sebagai Andalan Cabang Urusan Samudra (Ancudra) Susunan panitia/Majelis Pembimbing tidak mengalami perubahan.
Pada tanggal 7-16 Agustus 1963, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menyelenggarakan musyawarah ANPUDA II di Jakarta. Kwartir Daerah Riau mengirim 3 orang utusan dipimpin oleh A Muis Sadjoko dari panitia Pembimbing Daerah, Kapten Amiruddin dan Herry Caksono dari Kwartir Daerah sebagai anggota. Sekembali dari mengikuti ANPUDA II, Kwartir Daerah Riau menyelenggarakan Kursus Pembina (dengan kurikulum Kursus Penuntun Pandu) bertempat di SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas) perhentian Marpoyan. Pesertanya sebagian besar guru-guru Sekolah Dasar di Kotapraja Pekanbaru. Lulusan kursus yang dipimpin oleh Syafitri S inilah yang membentuk gugusdepan-gugusdepan di Kotapraja Pekanbaru.
Memasuki tahun 1964, tidak ada perkembangan yang berarti di lingkungan Gerakan Pramuka di Riau. Hal ini anatara lain karena kesulitan dana dan kurangnya tenaga di Kwartir Daerah. Sampai tahun 1964 ini belum ada informasi tentang pembentukan Kwartir Cabang Kampar dan Bengkalis. Namun di semua kabupaten baik yang sudah ada Kwartir Cabangnya maupun yang belum, baik di tingkat Gugusdepan dengan latihan mingguan maupun di tingkat Kwartir/Kabupaten. Pada akhir tahun 1964, Kwartir Daerah Riau mengirim peserta kursus Pembina Pramuka yang diselenggarakan oleh Kwartir Nasional tanggal 8 November sampai 15 Desember 1964 di Jakarta. Kursus ini dilaksanakan dalam persiapan Pembentukan Cor Daerah (Kelompok Pelatihan Pembina Pramuka sebagai: “jantung” yang menggerakan kegiatan kepramukaan di daerah). Peserta yang berjumlah 7 orang, masing-masing Syafitri S, Jamal Janait dari Kwartir Daerah; Alinas, Maradjab Mars, Suryati Tahsur dari Kwartir Cabang Indragiri (Rengat), Sukamdi dan Maryanto dari Tembilahan. Setelah selesai mengikuti kursus yang berlangsung 5 minggu, Sjafri S ditunjuk sebagai Nayawan Cor Daerah disingkat NCD (suatu perangkat Kwartir Daerah yang bertugas menyelenggarakan pelatihan bagi anggota Dewasa Gerakan Pramuka), 6 orang lainnya sebagai anggota Cor Daerah.
Sementara itu, pada tanggal 12 Agustus 1965 Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Riau, R Soebrantas S meresmikan berdirinya Kwartir Cabang Indragiri Hilir dalam suatu upacara di lapangan Kota Tembilahan setelah Kabupaten Indragiri dimekarkan menjadi Indragiri Hulu dengan Ibukota Rengat Indragiri Hilir dengan Ibukota Tembilahan Pengurus Kwartir Cabang Indragiri Hilir pada saat peresmian terdiri dari:
1.Ahmad Muhammad: Ketua
2.Irham Mas: Sekretaris
3.Ridwan As, Maryanto dkk: Andalan
Kepengurusan ini berlangsung dari tahun 1965 hingga 1968, selanjutnya Kwartir Cabang Indragiri Hilir dipimpin oleh Baharuddin Latief 1968-1973, Widoto 1973-1974, Irham Mas 1974-1978, Drs Badrun A Saleh 1978-1982, 1982-1985, 1985-1988, R Yala 1988-1991, Dr Raihana Ara 1991-1994, Drs Badrun A Saleh 1994-1996, Masdjuri Hasan, 1996-1999, dan Drs Syaid Syarifuddin 1999-2004.
Keberadaan Gerakan Pramuka di Daerah Riau diawali dengan terbentuknya Kwartir Cabang di Tanjungpinang pada tanggal 29 Juni 1961, yang diresmikan/dilantik pada tanggal 17 Juli 1961 oleh PANGDAMAR II Tanjungpinang. Di Jakarta sendiri saat itu masih dilakukan proses penyusunan personil Kwartir Nasional, sambil menunggu pulangnya Bung Karno dari perjalanan keluar negeri. Keputusan Presiden RI nomor 238 tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 yang berisikan keputusan Pembentukan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya perkumpulan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia, dan perkumpulan lain yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia, dan perkumpulan lain yang serupa dilarang, ditandatangani oleh Ir H Djuanda sebagai Penjabat Presiden saat Presiden berada di luar negeri, karena adanya manuver dari golongan sosialisasi/komunis di bawah Prof Dr Priyono sebagai salah seorang anggota panitia Pembentukan Gerakan Pramuka untuk membentuk Pioneer Muda seperti yang ada di negara-negara komunis. Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 238 tahun 1961, Ahmadi dan Mulyadi Joyo Martono, berhasil menyusun personalia Kwartir Nasional yang kemudian dilantik oleh Bung Karno Presiden RI pertama pada tanggal 14 Agustus 1961, ditandai dengan penganugerahan Panji Gerakan Pramuka (semacam bendera) dengan logo Tunas Kelapa. Kemudian dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai HARI PRAMUKA dan Bung Karno Presiden Republik Indonesia sebagai PRAMUKA TERTINGGI.
Di Pekanbaru sebagai Ibukota Provinsi Riau pengganti ibukota lama Tanjungpinang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor Des. 52/I/44.25 tanggal 20 Januari 1959 (dan proses perpindahannya baru dimulai bulan Januari 1960), Gerakan Pramuka baru dibentuk sekitar tanggal 1 Juli 1961 dengan susunan personil Kwartir Daerah yang diketuai oleh Kapten Amiruddin dan Imam Satoto Abdul Kahar sebagai Andalan Daerah urusan Sekretariat. Kapan dilantik, siapa yang melantik dan siapa-siapa yang dilantik tidak diperoleh informasi. Informasi yang diperoleh adalah bahwa pembentukannya diprakarsai oleh A Muin Sadjoko anggota BPH (Badan Pemerintah Harian) Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau.
Pada bulan Agustus 1961, di Rengat Ibukota Kabupaten Indragiri, Bupati Masnoer bersama tokoh-tokoh Pandu HW dan Ali Talib dari Pandu Al Anshar, membentuk Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Indragiri. Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Indragiri dilantik/diresmikan tanggal 17 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke 16. Sayangnya, susunan personil Kwartir Cabang dan panitia Pembimbing yang dilantik tidak diproleh informasinya.
Sampai akhir tahun 1961, tidak ada pertumbuhan dan perkembangan organisasi Gerakan Pramuka di Daerah Riau. Di Kabupaten Kampar yang Pemerintahnya masih berada di Kota Pekanbaru, belum dibentuk Kwartir Cabang. Tetapi kegiatan kepramukaan sudah berlangsung di beberapa tempat seperti Kecamatan Bangkinang dengan pelakunya A Sani Is, Anwar, Damhuri, Abbas dan Fahruddin. Di Kecamatan Kampar dengan pelakunya Sipun, Maasin, Abbas Bay, SN Wirjasa, Abdul Hamid, dan H Muchtar Muhammad dan di tempat-tempat lain dengan pelaku yang lain pula. Di Kotapraja Pekanbaru sendiri, Kwartir Cabang Gerakan Pramuka belum terbentuk. Kegiatan kepramukaan di Kotapraja Pekanbaru dibina langsung oleh Kwartir Daerah. Sampai tahun 1963, saat gugusdepan 15 dan 16 yang berpangkalan di SPG Negeri Pekanbaru dan Gugusdepan 33 dan 34 yang berpangkalan di SMEA Negeri 1 Pekanbaru dikukuhkan, di Bengkalis belum terbentuk Kwartir Cabang Gerakan Pramuka. Namum di beberapa tempat seperti Bagansiapi-api, Selatpanjang, dan Dumai sudah berlangsung kegiatan keparamukaan dipimpin langsung oleh para mantan Pandu di sana.
Pada tahun 1962, tepatnya tanggal 7 sampai 9 April 1962, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menyelenggarakan Musyawarah Andalan Pusat dan Daerah disingkat ANPUDA pertama di Bogor. Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Riau mengirim utusan terdiri dari Kapten Amiruddin dan Imam Satoto (Ketua dan Sekretaris Kwartir Daerah Riau), A Muin Sandjoko dan A Rusli Nasution dari Panitia/Majelis Pembimbing Daerah. Sekembalinya dari mengikuti Musyawarah ANPUDA I, Dikotapraja Pekanbaru dibentuk Kwartir Cabang Gerakan Pramuka, tetapi tidak tercatat siapa Ketua dan sekretarisnya, kapan dan oleh siapa personil Kwartir Cabang dilantik. Yang diperoleh informasinya hanya nama beberapa orang pengurus, antara lain Sardjoe sebagai Andalan Cabang urusan Putra (Ancutra), Nurbaiti sebagai Andalan Cabang urusan Putri (Ancutri) dan Hasibuan sebagai Andalan Cabang Urusan Kristen (Ancukris). Ini diketahui dari surat Pengantar Kwartir Daerah nomor OA/D.III/088/1962 tanggal 6 Juli 1962 kepada Andalan yang bersangkutan yang hanya dilampiri petikan Surat Keputusan Pengukuhan Kwartir Cabang Pekanbaru tanpa mencantumkan nama-nama Andalan yang lain.
Sementara itu di Tanjungpinang pada tanggal 21 Juli 1962 terjadi perubahan Pengurus Kwartir Cabang dengan susunan sebagai berikut:
1.Kisworo: Ketua merangkap Andalan Cabang Urusan Putra.
2.Sudirman: Andalan Cabang Urusan Sekretariat (Ancusek)
3.Najamuddin: Andalan Cabang urusan Keuangan (Ancukuang)
4.Sumira: Andalan Cabang Putri (Ancutri)
5.Suwarto: Andalan Cabang Urusan Latihan (Anculat)
6.R Muchtar: Andalan Cabang Urusan Perlengkapan (Ancuperkap)
7.Dalimi: Andalan Cabang Urusan Rohani Islam (Ancuris)
8.Bernandus: Andalan Cabang Urusan Khatolik (Ancukat), dan Perwira pemeriksaan Angkatan Laut sebagai Andalan Cabang Urusan Samudra (Ancudra) Susunan panitia/Majelis Pembimbing tidak mengalami perubahan.
Pada tanggal 7-16 Agustus 1963, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menyelenggarakan musyawarah ANPUDA II di Jakarta. Kwartir Daerah Riau mengirim 3 orang utusan dipimpin oleh A Muis Sadjoko dari panitia Pembimbing Daerah, Kapten Amiruddin dan Herry Caksono dari Kwartir Daerah sebagai anggota. Sekembali dari mengikuti ANPUDA II, Kwartir Daerah Riau menyelenggarakan Kursus Pembina (dengan kurikulum Kursus Penuntun Pandu) bertempat di SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas) perhentian Marpoyan. Pesertanya sebagian besar guru-guru Sekolah Dasar di Kotapraja Pekanbaru. Lulusan kursus yang dipimpin oleh Syafitri S inilah yang membentuk gugusdepan-gugusdepan di Kotapraja Pekanbaru.
Memasuki tahun 1964, tidak ada perkembangan yang berarti di lingkungan Gerakan Pramuka di Riau. Hal ini anatara lain karena kesulitan dana dan kurangnya tenaga di Kwartir Daerah. Sampai tahun 1964 ini belum ada informasi tentang pembentukan Kwartir Cabang Kampar dan Bengkalis. Namun di semua kabupaten baik yang sudah ada Kwartir Cabangnya maupun yang belum, baik di tingkat Gugusdepan dengan latihan mingguan maupun di tingkat Kwartir/Kabupaten. Pada akhir tahun 1964, Kwartir Daerah Riau mengirim peserta kursus Pembina Pramuka yang diselenggarakan oleh Kwartir Nasional tanggal 8 November sampai 15 Desember 1964 di Jakarta. Kursus ini dilaksanakan dalam persiapan Pembentukan Cor Daerah (Kelompok Pelatihan Pembina Pramuka sebagai: “jantung” yang menggerakan kegiatan kepramukaan di daerah). Peserta yang berjumlah 7 orang, masing-masing Syafitri S, Jamal Janait dari Kwartir Daerah; Alinas, Maradjab Mars, Suryati Tahsur dari Kwartir Cabang Indragiri (Rengat), Sukamdi dan Maryanto dari Tembilahan. Setelah selesai mengikuti kursus yang berlangsung 5 minggu, Sjafri S ditunjuk sebagai Nayawan Cor Daerah disingkat NCD (suatu perangkat Kwartir Daerah yang bertugas menyelenggarakan pelatihan bagi anggota Dewasa Gerakan Pramuka), 6 orang lainnya sebagai anggota Cor Daerah.
Sementara itu, pada tanggal 12 Agustus 1965 Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Riau, R Soebrantas S meresmikan berdirinya Kwartir Cabang Indragiri Hilir dalam suatu upacara di lapangan Kota Tembilahan setelah Kabupaten Indragiri dimekarkan menjadi Indragiri Hulu dengan Ibukota Rengat Indragiri Hilir dengan Ibukota Tembilahan Pengurus Kwartir Cabang Indragiri Hilir pada saat peresmian terdiri dari:
1.Ahmad Muhammad: Ketua
2.Irham Mas: Sekretaris
3.Ridwan As, Maryanto dkk: Andalan
Kepengurusan ini berlangsung dari tahun 1965 hingga 1968, selanjutnya Kwartir Cabang Indragiri Hilir dipimpin oleh Baharuddin Latief 1968-1973, Widoto 1973-1974, Irham Mas 1974-1978, Drs Badrun A Saleh 1978-1982, 1982-1985, 1985-1988, R Yala 1988-1991, Dr Raihana Ara 1991-1994, Drs Badrun A Saleh 1994-1996, Masdjuri Hasan, 1996-1999, dan Drs Syaid Syarifuddin 1999-2004.
Kamis, 21 Oktober 2010
Web Gudep Media Promosi Gudep
Web Gudep, Pentingkah...? itu yang menjadi pertanyaan ku pada postingan kali ini. siapa sih yang ga tau dengan pramuka. organisasi kepanduan di indonesia ini merupakan satu-satunya organisasi yang boleh menyelengarakan pendidikan kepanduan di indonesia, hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden no 238 tahun 1961.
walaupun saat ini kegiatan kepramukaan kurang diminati oleh generasi muda namun pemerintah telah berkomitmen menjadikan pramuka sebagai wadah pendidikan generasi muda di luar sekolah.
ini dibuktikan dengan pembuatan undang-undang kepramukaan yang sebentar lagi akan disahkan. terlepas dari itu semua saat ini gerakan pramuka perlu beradaptasi dengan perubahan zaman. seorang anggota pramuka tidak saja di tuntut mampu bertahan hidup di alam terbuka, tetapi juga harus mampu mengikuti perkembangan saat ini, salah satunya adalah penguasaan teknologi informasi.
Namun sayang saat ini kesadaran anggota pramuka masih kurang terhadap pentingnya penguasaan teknologi. Padahal jika kita lihat kehidupan saat ini tidak bisa dipisahkan dengan teknologi. Dengan menguasai teknologi seorang pramuka bisa lebih berkreatifitas dengan kemampuannya.
salah satu teknologi yang begitu mendunia adalah internet. internet saat ini sudah menjadi kebutuhan dasar. dengan adanya internet seseorang dapat saling berbagi informasi dengan orang lain di seluruh dunia. Di internet terdapat milyaran bahkan triliyunan informasi yang kita butuhkan. semua informasi tersedia secara gratis di website, blog, sosial network dan masih banyak lagi.
namun sayang keberadan teknologi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh anggota pramuka.contohnya saja website gudep. saat ini baru sedikit gudep yang memilki website, padahal dengan memilki sebuah website atau minimal blog saja, gudep bisa membagikan informasi tentang kegiatan yang ada di pangkalan tersebut.
hal ini terjadi karna mereka masih belum penting memilki sebuah web. bahkan ada beberapa mengatakan" Jangankan Gudep, Kwartir cabang dan kwartir daerah saja masih ada yang ga punya website". Miris memang, tetapi inilah kenyataan yang harus dihadapi oleh gerakan kepanduan di indonesia. salah satu contohnya yakni situs resmi kwartir nasional. Jika dibandingkan dengan situs persekutuan pengakap malaysia situs kwarnas masih ketinggalan, apalagi jika dibandingkan dengan amerika dan inggris yang lebih duluan melek IT..wah bisa kececeran indonesia.
situs resmi kwarnas ini terkesan di buat asal jadi.hal ini terlihat dari tampilan depannya. mungkin saat ini pramuka indonesia benar-benar harus berbenah diri bukan saja dengan membuat undang-undang kepramukaan, tetapi juga harus menguasai IT, agar tidak di bilang gaptek sehingga pramuka bisa kembali jaya di bumi indonesia.
walaupun saat ini kegiatan kepramukaan kurang diminati oleh generasi muda namun pemerintah telah berkomitmen menjadikan pramuka sebagai wadah pendidikan generasi muda di luar sekolah.
ini dibuktikan dengan pembuatan undang-undang kepramukaan yang sebentar lagi akan disahkan. terlepas dari itu semua saat ini gerakan pramuka perlu beradaptasi dengan perubahan zaman. seorang anggota pramuka tidak saja di tuntut mampu bertahan hidup di alam terbuka, tetapi juga harus mampu mengikuti perkembangan saat ini, salah satunya adalah penguasaan teknologi informasi.
Namun sayang saat ini kesadaran anggota pramuka masih kurang terhadap pentingnya penguasaan teknologi. Padahal jika kita lihat kehidupan saat ini tidak bisa dipisahkan dengan teknologi. Dengan menguasai teknologi seorang pramuka bisa lebih berkreatifitas dengan kemampuannya.
salah satu teknologi yang begitu mendunia adalah internet. internet saat ini sudah menjadi kebutuhan dasar. dengan adanya internet seseorang dapat saling berbagi informasi dengan orang lain di seluruh dunia. Di internet terdapat milyaran bahkan triliyunan informasi yang kita butuhkan. semua informasi tersedia secara gratis di website, blog, sosial network dan masih banyak lagi.
namun sayang keberadan teknologi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh anggota pramuka.contohnya saja website gudep. saat ini baru sedikit gudep yang memilki website, padahal dengan memilki sebuah website atau minimal blog saja, gudep bisa membagikan informasi tentang kegiatan yang ada di pangkalan tersebut.
hal ini terjadi karna mereka masih belum penting memilki sebuah web. bahkan ada beberapa mengatakan" Jangankan Gudep, Kwartir cabang dan kwartir daerah saja masih ada yang ga punya website". Miris memang, tetapi inilah kenyataan yang harus dihadapi oleh gerakan kepanduan di indonesia. salah satu contohnya yakni situs resmi kwartir nasional. Jika dibandingkan dengan situs persekutuan pengakap malaysia situs kwarnas masih ketinggalan, apalagi jika dibandingkan dengan amerika dan inggris yang lebih duluan melek IT..wah bisa kececeran indonesia.
situs resmi kwarnas ini terkesan di buat asal jadi.hal ini terlihat dari tampilan depannya. mungkin saat ini pramuka indonesia benar-benar harus berbenah diri bukan saja dengan membuat undang-undang kepramukaan, tetapi juga harus menguasai IT, agar tidak di bilang gaptek sehingga pramuka bisa kembali jaya di bumi indonesia.
Selasa, 19 Oktober 2010
Logo Jambore Daerah Riau 2010
PASIRPENGARARAYAN-Kwartir Cabang (Kwarcab) Rokan Hulu, Kamis (23/9) meluncurkan logo dan maskot Jambore Daerah Riau 2010. Peluncuran logo tersebut pada saat rapat persiapan tuan rumah Rokan Hulu sebagai tempat penyelenggaraan perhelatan tingkat daerah tahun ini.
Jamda tersebut akan berlangsung tanggal 26-31 Desember 2010 di Bumi Perkemahan Gunong Bonsu, Batang Samo, Rokan Hulu.
Logo Jambore Daerah Riau 2010
Bentuk logo Jambore daerah Riau 2010 kali ini berpolakan segitiga yang memiliki falsafah
Tri Satya sesuai dengan :
Tema : Mempersiapkan diri membangun Masyarakat.
Motto : Satyaku ku darmakan, darmaku ku baktikan.
1. Segitiga emas berlogo negeri seribu suluk kombinasi grafis koma berwarna putih ;
melambangkan ketakwaan terhadap Tuhan yang maha Esa dengan filosofi rukuk atau tunduk
dengan ajaran Agama.
2. Segitiga berwarna merah meggambarkan tenda ;
melambangkan sujud dan syukur terhadap anugerah alam,
karunia ilmu yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa,
sekaligus wadah bagi Penggalang dalam menggali ilmu.
3. Tunas kelapa berwarna coklat :
melambangkan kegiatan kepramukaan, wadah pendidikan luar sekolah bagi segala usia,
“Ingarso suntolondo, ingmadya mangun karso, tut wuri handayani.
4. Tulisan jambore daerah Riau 2010,
adalah ajang kegiatan Penggalang yang dilaksanakan di
Bumi Perkemahan Gunong Bonsu Kabupaten Rokan Hulu
Arti Warna :
Warna Emas : menandakan logam mulia, yang melambangkan jiwa yang teguh,
berwibawa dan memiliki nilai yang tinggi
Warna Merah : Adalah warna keberanian dalam membina mental, berani dan trampil dalam berbagai
bidang.
Warna Coklat : Warna Kepramukaan
Warna Hitam : ketetapan dan konsekwensi pelaksanaan sebuah kegiatan keparamukaan
di Propinsi Riau
Pada Logo itu juga terdapat kata Bumi Perkemahan Gunong Bonsu Rokan Hulu, Berikut penjelasan GUNONG BONSU
Dalam pemetaan tahun 1955, menyebutkan bahwa ada dua gunung di jajaran Bukit Barisan di Kabupaten Rokan Hulu;
pertama Gunung Kocik (Kotjik) 319mdp terletak di Rokan IV Koto, kedua Gunung Bonsu 419mdp.
Bumi Perkemahan Gunong Bonsu terletak di Desa Rambah Samo sekitar jajaran kaki Gunong Bonsu, tepatnya pada Sungai Batang Samo dimana hulunya berada pada Bukik Radjok 256mdpl, dan sejajar kearah barat dengan bukik Adiantua 306mdpl dan bukik Harmania; ketiga bukit ini adalah landaian Gunung Bonsu yang membentuk beberapa anak sungai : S. Pawan, S. Suaman, S. Bungo, S. Pegadisan S. Kaiti, S. Batang Samo, S. Geringging, S. Limanabung, S. Bintang, S. Okak, dan sungai kecil lainnya, yang bermuara ke Batang Lubuh (Rokan Kanan).
Daerah ini selain menimbulkan beberapa sungai, juga memberi dampak gejala Vulkanis yang di beberapa titik pada kawasan daerah ini yaitu berupa sumber air panas dengan type gejala pos Vulkanis;pertama Sumber Air Panas Suaman di Desa Pawan, lebid dari 12ltr perdetik dengan suhu 56 derjat celsius - 65 derjat celsius, kedua Sumber Air Panas Hapanasan memiliki debit yang lebih besar dari Suaman dan memiliki suhu yang sama.
Dalam konsep kepariwisataan Rokan Hulu daerah ini disebut dengan Unit Kawasan Wisata Gunong Bonsu, disinilah terdapatnya Objek dan dayatarik Wisata unggulan Riau yang ada di Kabupaten Rokan Hulu, disini juga dibangun Gedung Pusat Informasi Kupu-kupu Sumatera.
Sumber: Kwarda Riau
Bentuk logo Jambore daerah Riau 2010 kali ini berpolakan segitiga yang memiliki falsafah
Tri Satya sesuai dengan :
Tema : Mempersiapkan diri membangun Masyarakat.
Motto : Satyaku ku darmakan, darmaku ku baktikan.
1. Segitiga emas berlogo negeri seribu suluk kombinasi grafis koma berwarna putih ;
melambangkan ketakwaan terhadap Tuhan yang maha Esa dengan filosofi rukuk atau tunduk
dengan ajaran Agama.
2. Segitiga berwarna merah meggambarkan tenda ;
melambangkan sujud dan syukur terhadap anugerah alam,
karunia ilmu yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa,
sekaligus wadah bagi Penggalang dalam menggali ilmu.
3. Tunas kelapa berwarna coklat :
melambangkan kegiatan kepramukaan, wadah pendidikan luar sekolah bagi segala usia,
“Ingarso suntolondo, ingmadya mangun karso, tut wuri handayani.
4. Tulisan jambore daerah Riau 2010,
adalah ajang kegiatan Penggalang yang dilaksanakan di
Bumi Perkemahan Gunong Bonsu Kabupaten Rokan Hulu
Arti Warna :
Warna Emas : menandakan logam mulia, yang melambangkan jiwa yang teguh,
berwibawa dan memiliki nilai yang tinggi
Warna Merah : Adalah warna keberanian dalam membina mental, berani dan trampil dalam berbagai
bidang.
Warna Coklat : Warna Kepramukaan
Warna Hitam : ketetapan dan konsekwensi pelaksanaan sebuah kegiatan keparamukaan
di Propinsi Riau
Pada Logo itu juga terdapat kata Bumi Perkemahan Gunong Bonsu Rokan Hulu, Berikut penjelasan GUNONG BONSU
Dalam pemetaan tahun 1955, menyebutkan bahwa ada dua gunung di jajaran Bukit Barisan di Kabupaten Rokan Hulu;
pertama Gunung Kocik (Kotjik) 319mdp terletak di Rokan IV Koto, kedua Gunung Bonsu 419mdp.
Bumi Perkemahan Gunong Bonsu terletak di Desa Rambah Samo sekitar jajaran kaki Gunong Bonsu, tepatnya pada Sungai Batang Samo dimana hulunya berada pada Bukik Radjok 256mdpl, dan sejajar kearah barat dengan bukik Adiantua 306mdpl dan bukik Harmania; ketiga bukit ini adalah landaian Gunung Bonsu yang membentuk beberapa anak sungai : S. Pawan, S. Suaman, S. Bungo, S. Pegadisan S. Kaiti, S. Batang Samo, S. Geringging, S. Limanabung, S. Bintang, S. Okak, dan sungai kecil lainnya, yang bermuara ke Batang Lubuh (Rokan Kanan).
Daerah ini selain menimbulkan beberapa sungai, juga memberi dampak gejala Vulkanis yang di beberapa titik pada kawasan daerah ini yaitu berupa sumber air panas dengan type gejala pos Vulkanis;pertama Sumber Air Panas Suaman di Desa Pawan, lebid dari 12ltr perdetik dengan suhu 56 derjat celsius - 65 derjat celsius, kedua Sumber Air Panas Hapanasan memiliki debit yang lebih besar dari Suaman dan memiliki suhu yang sama.
Dalam konsep kepariwisataan Rokan Hulu daerah ini disebut dengan Unit Kawasan Wisata Gunong Bonsu, disinilah terdapatnya Objek dan dayatarik Wisata unggulan Riau yang ada di Kabupaten Rokan Hulu, disini juga dibangun Gedung Pusat Informasi Kupu-kupu Sumatera.
Sumber: Kwarda Riau
Langganan:
Postingan (Atom)